Penyesalan

Kehilangan seseorang yang kita cintai pastilah sangat menyesakkan hati. Seperti itulah yang aku rasakan saat ini, sudah empat tahun sejak aku kehilangan istri dan calon bayi yang sedang dikandungnya. Aku hanya bisa meratapi kehilangan mereka di atas kursi roda ini. Lucy meninggal karena kelalaianku mengendarai mobil.




"Jadi kita akan pergi ke mana malam ini?" Tanya Lucy saat aku baru saja menjemput dari tempat kerjanya. 

"Maumu ke mana? Aku ikut saja dengan pilihanmu, Sayang," kutersenyum kepadanya sebelum kembali fokus menatap jalan, mengendarai mobil sedanku. Aku menyerahkan pilihan tujuan kami kepadanya, karena kalaupun kutetapkan satu tempat tujuan, Lucy akan selalu mempertahankan pilihannya. Jadi dari pada kuberdebat, kuserahkan saja padanya untuk memilih tempat tujuan kami malam ini.

Malam ini adalah dua tahun anniversary kami, tapi aku masih merasa seperti masih sedang masa berpacaran saja.  Lucy selalu pandai untuk menyenangkan hatiku, jika aku sedang jenuh dirinya akan sepenuhnya menghiburku dengan lelucon konyol yang dia dapatkan dari Lexy, teman sekantornya. Namun jika hari sedang buruk dan tidak ingin diganggu, Lucy akan memberikanku waktu untuk menyendiri. Dan kami tetap akan menyapa seperti biasa keesokan harinya.

"Jadi sudah kau tentukan, mau ke mana kita malam ini?" Tanyaku kembali, Lucy hanya mengangguk seraya melakukan touch up pada wajah tirusnya. Rambut hitam sepundaknya dibiarkan tergerai. 

"Ke restoran seafood," jawabnya pelan. Sontak saja aku kaget, "Kau lupa kalau alergi makanan seafood, sayang?" tuturku mengingatkan.

"Aku ingat, tenang yang makan nanti itu kamu, bukan aku. Jadi kamu harus menurutinya, lagipula ini keinginan calon bayi yang ada dalam perutku."

Kupalingkan wajahku menatapnya, Lucy menarik garis bibirnya dan mengangguk. "Ya Tuhan, aku tidak percaya hal ini. Kamu sedang mengandung? Aku akan menjadi seorang papa?" Tanyaku ragu.

Lucy hanya mengangguk dan tertawa riang. Ya tentu saja aku juga tertawa bersamanya, selama dua tahun kami menunggu hal ini. Dan ini adalah hadiah pernikahan kami yang terbaik.

Kutarik tubuh kecilnya untuk kudekap dan kukecup keningnya. Naasnya aku lupa sedang mengendarai sedanku. Suara klakson dari lawan arah terdengar cukup keras, sebuah truk besar sudah berada di hadapan kami. Ternyata sedanku keluar arah jalan seharusnya. 

Aku mencoba membanting stir ke kiri, namun terlambat truk besar telah menabrak sedan yang kukendarai.

Hantaman pertama membuat tubuh Lucy terpental namun tertahan karena seat belt yang dikenakannya, serpihan kaca memenuhi wajahnya. Aku tidak tahu apa Lucyku masih hidup atau tidak, karena kondisiku pun sama dengannya.

Dengan kecepatan tinggi truk ini menghantam lagi sedanku, hingga akhirnya menabrak ke pembatas jalan. Aku bersusah payah untuk melepaskan seat beltku, namun upayaku percuma karena kakiku terjepit. Kupandangi Lucy untuk terakhir kalinya, dan kemudian semua terasa gelap.


#30DWCJILID13
#30DWC
#SQUAD7
#DAY14


*kredit foto : google

Comments