Perjalanan Masih Panjang (Part 5)


Aku tidak dapat mengerakkan tubuhku yang terlentang di atas aspal, semua terasa sakit, dihadapanku juga tergeletak seorang gadis dengan bagian kepalanya sudah tertutupi darah. Tak jauh dariku sebuah sepeda motor bebek yang telah ringsek di bawah roda-roda truk besar. Darah segar terus saja menggalir dari kepalaku, membasahi seluruh wajahku, dan seketika itu juga aku tak sadarkan diri.

  

Aku terbangun, tubuhku basah berkeringat, degup jantungku berdetak lebih kencang. Mimpi buruk itu datang lagi berulang bagaikan rol film yang diputar. Siapa gadis yang berada dalam mimpiku itu? 

Suara ketukan di pintu membuatku bergegas keluar dari kamar, ibu berdiri dengan senyumannya. "Kok bangunnya siang? Jam satu nanti kamu kan harus ke stasiun, ayo lekas mandi lalu sarapan. Bapak sama Ibu sudah sarapan duluan, tadi sempat nungguin kamu. Tapi kelamaan, yang ditunggu gak bangun-bangun." 

"Iya Bu, gak apa. Deni akan mandi lalu sarapan," jawabku mengekori ibu yang balik lagi menuju ke dapur.

"Kenapa mimpi buruk lagi? Ibu kira kamu sudah gak bermimpi buruk lagi," sungguh pertanyaan ibu membuatku semakin penasaran. Tadinya aku mau masuk ke kamar mandi, tapi urung. Sepertinya ibu tahu sesuatu yang tidak kuketahui.

"Kok, Ibu bisa tahu? Deni kan gak cerita sama Ibu?"

"Dulu sepulang dari rumah sakit kamu sering mengigau sambil menangis ketakutan, jadi Ibu temani kamu tidur. Begitu terus sampai beberapa bulan," ibu sibuk memecahkan telur yang baru direbusnya, untuk dicemplungkan ke dalam gudeg. "lihat kamu bangun dengan wajah seperti itu, ya Ibu tahu." Tangan ibu berhenti mengupas, pikirannya seakan sedang jauh dari tubuhnya.

"Rara siapa, Bu? Apa itu ada kaitannya dengan Mas Daren?"

Pertanyaanku membuat ibu jatuh terduduk, membuatku segera membantunya untuk duduk di kursi. Dengan sigap kutuang air dari teko ke gelas, kubiarkan Ibu meneguknya. Tangan ibu terlihat gemetar, dan tak kuduga ibu malah menangis.



#30DWCJILID13
#30DWC
#SQUAD 7
#DAY 8

*kredit foto : google


Comments