Suara Mas Daren sedang berbicara dengan nada tinggi terdengar olehku saat melintas melewati dapur, oh rupanya Kak Rara yang sedang diajak bicara olehnya. Tapi kenapa mereka bersitegang seperti itu? Entahlah, aku hanya ingin istirahat. Ujian matematika tadi benar-benar menguras energiku.
"Dira! Tolong antar Kak Rara pulang." Suara Mas Daren membuatku terhenti membuka pintu kamarku. Kubalikan badan menghadapnya dengan sedikit kebingungan.
"Tapi aku lelah, Mas. Lagi kalau harus mengantar naik motor, aku gak berani," jawabku seraya melepas tas punggungku.
Mas Daren hanya mendekatiku dan memberikan kunci motor miliknya ditanganku, tanpa berkata lagi. Kupandangi kunci motor di tanganku, seakan itu adalah benda keramat dan kembali menatap punggung Mas Daren yang berlalu menuju kamarnya.
Kulihat Kak Rara berdiri di depan teras, menghapus air matanya yang tersisa. Ah, sepertinya mereka sedang bertengkar. Pantas saja, Mas Daren menyuruhku mengantarkannya.
"Kak Rara mau kuantarkan sekarang? Tapi aku jalan pelan ya, gak berani ngebut-ngebut."
Kak Rara hanya mengangguk, dan merapihkan tasnya di pundak. Sementara aku menstarter motor, "Siap Kak, kita berangkat ya."
Jalanan memang agak ramai dan padat kendaraan, terutama truk-truk yang melintas. Sebenarnya aku belum mahir benar mengendarai motor, naik sepeda saja aku masih sering jatuh ke selokan.
Niatanku mau menyalip mobil di depanku, tapi sepertinya instingku kurang tepat, jadi menyenggol kaca spion mobil yang kusalip, membuat motor yang kukendarai sedikit oleng. Kudengar jeritan panik Kak Rara, yang semakin membuatku gugup untuk terus berjalan menyalip mobil. Tak ayal sebuah truk lawan arah membunyikan klakson keras, membuatku semakin panik. Dan kemudian tubuhku terpental sesudahnya.
#30DWCJILID13
#30DWC
#SQUAD7
#DAY10
* kredit foto : google
Comments
Post a Comment