Pieces Memories of Petrichor

             Jonas baru saja menyadari kalau dirinya sudah telungkup lama di atas aspal, rasa asin darah dari koyakan luka di bibirnya, serta aroma hujan seakan memberikan ingatan jelas. Jonas hanya ingin pulang bertemu Dad dan makan malam bersamanya. Namun dirinya kesulitan untuk melihat keadaan sekitar, karena kedua matanya terasa sakit dan bengkak. Saat mencoba untuk bangkit, dirinya mendapatkan satu hantaman lagi tepat di punggung, yang membuatnya langsung menggeliat dan berhenti bergerak seketika itu juga.


"Hei, bangunlah!"
Seruan dari depan kamarnya membuat Jonas dengan sigap menyibakkan selimut yang telah membawanya ke alam mimpi. Sebenarnya Jonas ingin sekali tidur lebih lama lagi, apalagi ini hari Sabtu. Sekolahnya libur, tapi dirinya harus tetap bangun untuk bergegas membantu Daddy bekerja di sebuah grocery di tengah kota.
Sarapan telah siap, meski hanya segelas susu dan setangkup roti berisi selai cokelat, buatan Dad. Jonas hanya tinggal berdua dengan Dad di sebuah unit apartemen, di pinggiran kota. Tidak seperti apartemen tempat tinggalnya dulu ketika Mom masih ada, unit ini terlihat kusam tak terawat. Dad memilih menyewa di sini karena harganya lebih murah ketimbang di tengah kota. 
"Habiskanlah sarapanmu, hanya itu yang aku punya untuk pagi ini. Semoga saja nanti siang keadaannya lebih baik lagi." Dad hanya berkata singkat, tentu saja setelah dirinya menyesap habis kopi hitamnya. 
"Sore nanti aku boleh main ke rumah Brad?" tanya Jonas hati-hati. 
"Kita lihat nanti, kalau memang memungkinkan kau kuizinkan bermain."
Setidaknya jawaban Dad telah memberi Jonas semangat baru untuk hari ini. Jonas tahu, mengapa Dad selalu bersikap over protective kepadanya. Dad selalu sayang kepadanya, bukan saja karena dirinya satu-satunya anak Dad, tapi juga karena dirinya mengidap down syndrom . 
**
Grocery Ronald selalu ramai dikunjungi para pelanggan, bukan saja karena harga barangnya lebih murah, tapi juga karena hanya ada satu grocery di tengah kota ini. Dad telah bekerja hampir di sini, sejak berusia belasan tahun. Karena iba dengan keadaan Dad yang hidup sebatang kara, Ronald memberinya tempat tinggal dan menganggapnya sebagai anak.
Setelah bertemu Mom dan mereka menikah, Dad memutuskan untuk tinggal tidak jauh dari tengah kota. Setahun setelah Jonas lahir, Mom sakit-sakitan. Di usia dua tahun, Jonas harus kehilangan Mom, jadi Dad harus tetap bekerja dan merawat Jonas. Sedangkan untuk dapat terus hidup dengan penghasilan yang tidak besar, Dad memilih pindah ke daerah pinggiran kota. 
Segerombolan anak seusia remaja memasuki grocery, sebagian dari mereka berpencar ke arah rak minuman dan sisanya ke arah rak makanan. Jonas sedang menata ulang rak bagian makanan, karena Dad memintanya. Antara rak tempat Jonas berada dan rak minuman tidaklah jauh, sehingga Jonas dapat melihat gerak-gerik para remaja yang sedikit mencurigakan.
Benar saja dugaan Jonas, mereka hendak menyembunyikan beberapa botol soft drink ke dalam jaket mereka. Mata Jonas sempat beradu dengan salah satu dari mereka, Jonas bahkan mengenalinya. Itu adalah Chris, kakak kandung Brad, teman sepermainannya di sekolah. Tidak seperti Brad yang ramah terhadap semua orang, Chris kebalikannya. Brandalan, biang keonaran di sekolah dan juga lingkungan kota.  
Kota tempat tinggal Jonas sangatlah kecil, jadi ketika ada berita atau suatu kejadian akan cepat menyebarnya. Begitu juga dengan kenakalan geng-nya Chris, The BlackList. Meski keempat anggota itu sering sekali berurusan dengan kepolisian setempat, tapi tidak membuat mereka jera.
Chris mendekati Jonas, menarik kemeja birunya dan membisikan ancaman. "Kuharap anak cacat sepertimu tidak berlagak layaknya pahlawan dengan mengadukan hal ini ke ayahmu. Atau kau akan kubuat lebih cacat lagi!" Jonas tidak takut dengan ancaman itu, dirinya tahu kalau Chris hanya menggertak saja.
 Jonas mengetahui bagaimana Chris pernah menangis memelas ketika tertangkap oleh polisi saat ketahuan mengadakan pesta minuman di taman kota. Jonas hanya merasa Chris seperti itu karena kekurangan kasih sayang dari orangtuanya. Mr dan Mrs. O'Neil yang merupakan pengusaha tambang di kota ini, mereka jarang sekali berada di rumah. Kesibukan keduanya mengurusi tambang membuat Chris mencari perhatian di luar rumah. Berbeda dengan Josephine dan Brad, yang diasuh oleh Miss. Marty, pengasuh mereka yang sudah berusia tiga puluhan. 
"Sial! Anak-anak itu telah mencuri daganganku lagi. Seharusnya aku menempatkan satu keamanan di sini. Kalau setiap hari mereka seperti ini, lama-lama aku bisa bangkrut." Teriakan gerutu Ronald yang sudah terlihat tua membuat kaget Jonas.
**
Jonas mendapat izin dari Dad untuk bermain di rumah Brad. Terlalu bersemangat Jonas bahkan dengan cepat menghabiskan pizza, jatah makan siangnya. Meski Dad telah berkata tidak perlu bergesa-gesa saat makan, supaya tidak tersedak. Jonas hanya tidak sabar ingin bermain game console , robot-robotan dan semua mainan milik Brad. 
Jonas tiba disambut oleh Libby, seekor kucing persia berwarna abu-abu. Libby adalah hewan peliharaan Josephine. "Oh hai Libby, aku senang bertemu denganmu juga," ujar Jonas saat Libby memiaw dan menggesekkan badannya ke kaki Jonas.
"Hai Jonas, apa kabarmu?" Sambut Josephine yang sedang mengunyah cookies di depan televisi.
 "Hai Josephine, aku baik. Bagaimana denganmu?"
"Kau lihat, aku sekarang semakin bertambah besar," jawab Josephine diselingi tawa kecil khasnya. Josephine memiliki tubuh sedikit tambun, dan hobi makannya tidak bisa dihentikan. "naiklah, Brad sedang berada di kamarnya."
Jonas mengangguk dan melangkahkan kaki menaiki anak tangga menuju lantai dua rumah ini, melewati kamar dengan sedikit pintu terbuka, yang diyakininya sebagai kamar milik Chris. Tentu saja dapat dilihat dari pintu yang tertempel berbagai macam stiker nama grup band beraliran punk dan metal.
Setibanya di depan kamar Brad, Jonas mengetuk pelan dan membukanya. Brad terlihat sedang asik dengan game console yang sedang dimainkannya, "Hai Bro, ayo cepat masuklah! Aku hampir saja menang." sapa Brad sambil tetap matanya ke arah layar televisi.
Jonas menghabiskan waktu sorenya bermain dengan Brad di kamar, sesekali Miss Marty masuk membawakan cemilan dan minuman untuk mereka. Meski Jonas memiliki kelainan fisik, tapi Brad tidak pernah mengejek atau membullynya seperti anak-anak lain di kelasnya. Brad justru selalu membelanya, dan tentu saja karena Jonas sangat pintar dalam pelajaran Math dan Sains.
Di luar hujan turun sangat deras tapi Jonas masih ingat waktu, dirinya harus segera kembali ke grocery menemui Dad untuk makan malam. Setelah berpamitan dengan Brad dan Josephine, Jonas pulang. Hanya berbekal jas hujan pinjaman dari Brad, Jonas berjalan menyusuri jalan menembus derasnya hujan yang menguyur malam ini. Dirinya tidak sadar kalau sedari tadi sudah dibuntuti oleh gerombolan anak-anak remaja, salah satunya adalah Chris. 
Di ujung jalan, dua dari mereka menghadang Jonas, Jonas mencoba mengelak mencari celah untuk dapat berlari. "Dasar tikus kecil, beraninya kau mau kabur setelah mengadukanku." Buukkk, suara hantaman balok merubuhkan tubuh kecil Jonas.
"Aaaku ttiiidaak meng-adu teentangmuu ..." Jonas berupaya menyangkal apa yang telah dikatakan Chris, dengan terbata-bata menahan rasa sakit di punggungnya. Saat mencoba untuk bangkit, Jonas malah mendapatkan lagi serangkaian terjangan brutal di seluruh tubuh dan wajahnya oleh empat orang yang tubuhnya jauh lebih besar dari Jonas.
Suara erangan kesakitan dari Jonas seakan tertutup oleh derasnya guyuran hujan malam ini. Mungkin saja kalau hujan tidak turun, dirinya pasti akan diselamatkan oleh pengendara mobil yang lewat. Empat remaja itu terus saja memukul, menghantam tubuh kecil Jonas hingga ambruk ke aspal. 
Hujan sepertinya sudah reda, aroma petrichor yang terhirup oleh Jonas mengingatkan satu momen saat dirinya dan Dad bermain hujan di taman tengah kota. Tapi kali ini berbeda, Jonas melihat seorang wanita cantik, dengan pancaran cahaya yang begitu indah. Senyuman dan rambut keemasannya sama dengan dirinya, wanita itu membentangkan kedua tangannya menunggu Jonas untuk memeluknya. Jonas bangkit dan segera memeluk wanita itu, Mom.
***



#30DWCJILID13
#30DWC
#SQUAD7
#DAY15



*kredit foto : google

Comments