Malam kembali ke dalam selimutnya, berganti dengan dengan sang mentari yang masih malu-malu untuk menampakkan dirinya. Martina masih belum dapat memejamkan kedua matanya, pikiran dan hatinya masih saja sibuk dengan sang penyair.
Harusnya Martina tidak jatuh cinta kepadanya, alih-alih ingin membenci yang dirasa Martina malah rasa cinta. Kalau saja sang penyair itupun tidak serta merta selalu memujanya.
"Your eyes stole my words away." Kalimat inilah yang membuat Martina tidak dapat memejamkan matanya, hingga fajar datangpun dirinya masih terjaga. Padahal hari ini seperti biasa Martina harus kembali bekerja di coffe shop yang membutuhkan tenaga ekstrak, terutama hari ini adalah weekend, di mana pengunjung akan lebih banyak datang.
Tiga bulan sebelumnya Martina merasa hidupnya biasa saja, tidak begitu istimewa. Martina menganggap jatuh cinta adalah hal yang konyol, penafsiran itu terbentuk ketika dirinya mengetahui Jarwo rekan sekerjanya jatuh cinta kepada biduan yang rutin mengisi malam-malam di coffe shop.
Sepertinya karma memang sedang menantinya, terbukti dengan penampilan Erlan yang hadir di suatu malam menggantikan biduan cantik Rose. Penampilan Erlan dengan kulit sedikit berwarna, dan rambul kriwil khas daerahnya yang akhirnya memesona Martina, apalagi jika Erlan sudah di atas panggung memetik gitarnya dan bernyanyi. Jangan lupakan juga senyuman manisnya.
Mungkin tepat jika ada sebutan si hitam manis, dan sebutan itu pas sekali untuk sang penyair seperti Erlan. "Ya Tuhan, apa aku sudah gila? Mulai kasih bersabung dalam hati bila tak melihatnya," gumam Martina saat melihat Erlan yang sedang tampil di atas panggung.
Rupanya hal ini terbaca oleh Jarwo yang tak jauh posisinya dengan Martina, "Ah tampaknya sekarang ini sang penyair kita mendapatkan pengemar baru malam ini," ujarnya.
Martina mengerti maksud sindiran Jarwo, dengan sigap Martina kembali bekerja membersihkan meja. "Jangan sampai si Jawir itu tahu isi hatiku," gumamnya.
Begitulah yang terjadi setiap malam, hingga dewi cupid menancapkan panah asmara kepadanya dan Erlan. "Hai, aku Erlan. Mungkin kamu tahu aku sering bernyanyi setiap malam di sini," sapa Erlan ketika tidak sengaja bertabrakan dengan Martina.
Martina ingin saja mengabaikannya, lagipula tugasnya sudah selesai. Yang ingin dilakukannya hanyalah pulang dan merebahkan diri di atas singasananya.
"Aku tahu kamu sering memperhatikanku diam-diam, tapi aku suka," ujar Erlan lagi. Sontak saja Martina merasa darahnya tersedot habis, kedua kakinya bahkan kaku tak dapat digerakan. Kalau saja dapat di lihat, mungkin Martina saat ini seperti telah terpegok mengutil barang di pertokoan.
"Aaku? ... Kau mungkin salah orang, bukan aku yang dimaksud. Untuk apa aku selalu memperhatikanmu diam-diam," Martina tergagap menjawabnya. Erlan malah tertawa seakan dirinya menyaksikan komikus yang sedang stand up.
"Tak usah menyangkal, aku tahu bila seorang perempuan manis sepertimu menyukaiku."
"Gila! Percaya diri sekali lelaki ini," Martina berjalan melewati Erlan yang masih tertawa.
Keesokan malam dan seterusnya Erlan yang sering memulai percakapan dengan Martina. Bahkan pernah satu malam saat dirinya tampil menyanyikan lagu Love of my life milik band legendaris Queen, Erlan menyampaikan lagu ini dipersembahkan untuk perempuan bernama Martina. Hingga hati Martina luluh olehnya dan mereka pun memadu kasih, selang Erlan mengatakan ingin menjadikan Martina kekasih hatinya.
#30DWCJILID13
#30DWC
#SQUAD7
#DAY28
#Cipta
Comments
Post a Comment