Senja menjemput langit kota. Cahaya jingga serupa cat tertumpah di atas kanvas Maha Luas, tampak berantakan namun indah pada saat yang bersamaan. Nun jauh di garis batas cakrawala, burung berterbangan. Diantara remang sorot matahari terbenam, Zainal bocah berusia sebelas tahun melepaskan kausnya dan mengambil ancang-ancang untuk menyeburkan diri ke dalam kali Ciliwung.
Meski kerap kali dilarang si Mbah untuk tidak bermain di kali Ciliwung menjelang sore, Zainal tidak kapok. Toh, air kali ini tidak begitu deras arusnya, dirinya tidak akan hanyut terbawa nantinya.
Memang benar, Zainal tidak hanyut tapi tubuhnya malah menabrak ke sesuatu yang berada di dasar kali. Sesuatu yang dikirang batang pohon pisang yang sempat terbawa arus ketika musim hujan melanda. Dugaannya salah ketika yang ditabraknya adalah sebuah tubuh orang dewasa.
Zainal berpikir orang dewasa ini sedang berenang sama seperti dirinya, namun sontak saja dirinya terkejut ketika melihat sekilas jika ternyata tubuh ini tidak mempunyai kepala. Dengan gelagapan sampai sempat terminun air kali, Zainal berusaha naik ke permukaan dan berteriak sekuat tenaga.
"Tooolooooong, ada mayat tanpa kepala. Tolong saya tolong!"
Surahman, lelaki tua yang sebenarnya berniat akan buang hajat di sisi lain kali Ciliwung mendengar teriakan lirih Zainal. Kembali memakai celana panjangnya, Surahman mendekati sumber suara. Di lihatnya Zainal seperti anak yang tidak dapat berenang, padahal pikirnya kali Ciliwung ini dalamnya hanya sedada orang dewasa.
"Tunggu, nak bantuan akan datang." Teriak Surahman seraya membuka kaos dan menyeburkan diri untuk menarik Zainal ke pinggir kali. Ternyata suara teriakan Zainal tidak hanya terdengar oleh Surahman, namun juga ke Parjo ojek pangkalan yang kebetulan sedang melintas di atas jembatan, begitu juga dengan Laila pemilik warung kopi yang berada tidak jauh dari pinggir kali.
Dan dalam beberapa jam kemudian suasana ramai bagaikan pasar kaget, orang-orang berkumpul bukan ingin menyaksikan Zainal yang hampir tenggelam. Melainkan ingin melihat sosok mayat tanpa kepala yang berada di dasar kali.
Setelah polisi datang mengamankan lokasi barulah keadaan lebih baik, meski gerumunan orang tetap bertambah. Bahkan ketika mayat tanpa kepala itu sudah di angkat dari kali dan di tutupi oleh kardus, sementara menunggu ambulance datang.
Zainal terus saja menangis meneriakan si Mbah, seorang polisi wanita yang menemaninya tidak dapat menghentikan tangisnya. Sedang yang selalu di teriakan namanya oleh Zainal belum juga datang.
Suasana kampung menjadi mencekam sejak kejadian itu, tak banyak orang yang ingin melintas jembatan penghubung jalan di atas kali Ciliwung. Semua saling berpendapat tentang siapa sosok mayat itu, yang pastinya adalah seorang wanita.
#30DWCJILID13
#30DWC
#SQUAD7
#DAY23
Comments
Post a Comment