Ramadan Terakhir Banyu Biru

Sungguh bukanlah perkara mudah bagi Banyu untuk tetap dapat menjalankan ibadah puasanya tahun ini, penyakit Leukimia yang dideritanya sudah masuk stadium 3. Dokter dan keluarga sudah mengatakan beberapa kali kepadanya jika kondisinya saat ini tidaklah memungkinkan untuk berpuasa.




Banyu tidak begitu saja pasrah dengan penyakit yang perlahan mulai menjangkit ke organ vital tubuhnya, meski dirinya percaya setiap makhluk pasti akan mati. Namun setidaknya dia sudah berusaha beribadah semampunya.

Beberapa kali kemotrapi telah dijalankannya, meski harapan hidupnya sangat nihil namun semangat untuk bertahan hidup patut dibanggakan.

Banyu baru saja terbangun, bahkan dirinya lupa bagaimana bisa tertidur padahal yang terakhir dia ingat sedang menjalani proses kemoterapi. Suara tangis lirih sang bunda terdengar olehnya, "Bunda, kenapa menangis?" tanyanya pelan.

Bu Retno bersigap menghapus air matanya dan mendekat ke si bungsu, "Tidak nak, bunda tidak menangis karena sedih. Bunda menangis karena bahagia dengan perjuangan kamu untuk melawan penyakit ini," dan membantu Banyu untuk meminum air putih.

"Banyu akan sembuh, yakinkan itu Bunda. Kalaupun Banyu meninggal, bukan berarti Banyu kalah dengan penyakit ini. Namun karena Sang Pencipta sudah merindu untuk berjumpa dengan Banyu," ujarnya setelah menenggak air dibantu bunda.

Bu Retno hanya mengangguk, mencoba sekuat tenaga untuk tidak kembali menangis di depan si bungsu kesayangannya. Kedua kakak Banyu sudah berkeluarga dan menetap di luar kota, hanya Banyu yang dekat Bu Retno dan Pak Trim. Usia Banyu pun seharusnya sudah layak untuk menikah, namun sepertinya Tuhan sudah mempersiapkan pendamping yang lebih baik di akhir nanti.

"Bun, kalau Banyu pergi Bunda harus tabah menerima kepergian Banyu. Semua itu berproses, jalani seperti biasa. Tuhan itu selalu punya rencana yang indah, percayalah." kata-kata yang dituturkan Banyu seakan pertanda jika dirinya sudah siap untuk bertemu Sang Pencipta.

Bu Retno kembali mengangguk dan mengusap pelan lengan Banyu yang terlihat kurus dari biasanya. Beberapa selang infus terpasang ditubuhnya seakan tidak dapat membuatnya bugar kembali. Dalam hati Bu Retno berdoa kepada Sang Pencipta, bila memang kepergiannya adalah yang terbaik, dirinya ikhlas melepaskan.

13 Juni 2018, tepat setelah azan subuh berkumandang Banyu pergi menghadap Sang Pencipta. Suasana ruang kamar inap dipenuhi dengan suara isak tangis, perawat pun nampak enggan mengganggu setelah mengurusi jenazah Banyu.

Matahari pun enggan muncul pagi ini, awan hitam menggantung di langit seakan mengiringi kepergian Banyu. Lantunan doa dari keluarga dan teman terucap tatkala jasad Banyu tertutup oleh tanah. 


#30DWCJILID13
#30DWC
#SQUAD7
#DAY29

Comments