"Sepertinya langit akan berubah menjadi kelam hingga tampaklah sinar sang rembulan, aku hanyut dalam suasana hening saat menatap bintang berpendar terlukis wajahmu tersusun rapi di ruang kepalaku dan rasi bintang membentuk seutas senyummu sejenak seperti tunjukan raut penuh malu, meski begitu sunyi tetap mengikat dalam waktu."
Puisi tulisan tangan Bambang masih kusimpan rapi dalam buku harianku, meski nyatanya kini dirinya bersanding dengan sahabat karibku, Rina.
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada kehidupan, biarkan itu tetap menjadi misteri Ilahi. Yang kulakukan sekarang adalah terus berusaha untuk hidup, meski luka terlalu sering mengores di hati.
Aku percaya semua sudah diatur olehNya, persoalan hidup-mati, rezeki, dan jodoh.
Puisi tulisan tangan Bambang masih kusimpan rapi dalam buku harianku, meski nyatanya kini dirinya bersanding dengan sahabat karibku, Rina.
Aku percaya semua sudah diatur olehNya, persoalan hidup-mati, rezeki, dan jodoh.
Hari ini aku terpaksa harus bekerja lembur, pasalnya Santi izin tidak masuk. Semua pekerjaannya terpaksa kurapikan, beberapa pegawai diruanganku masih ada juga yang sama sepertiku. Jam sepuluh lewat tiga puluh menit kusudahi pekerjaanku, aku mulai lelah.
Setelah memesan taksi online, aku menunggu di depan lobi sambil merenggangkan kedua kakiku.
"Lho, Naya? Ngapain kamu di sini?"
Kualihkan kepalaku menuju sumber suara, Rio baru saja keluar dari lobi. "Oh, hai Rio. Aku mau pulang lagi nunggu pesanan taksi onlineku."
"Bareng aku saja, gak baik perempuan cantik seperti kamu pulang sendirian naik taksi onlien pula," tuturnya seraya merapihkan jaket yang belum terpakai benar olehnya. "Mana gawaimu, sini aku batalin."
"Eh, ..." tanpa babibu lagi aku seperti terperdaya oleh perintahnya memberikan gawaiku kepadanya, "dan ya Lord barusan dia bilang aku cantik?" gumamku.
And here i am, satu motor dengannya. "Pegangan dong, nanti kalau aku ngebut kamu jatuh lagi," teriaknya. Aku jadi tertawa kecil, sungguh meski sudah sering berinteraksi dengan Rio, tapi aku tidak pernah sedekat ini dengannya.
"Sudah pegangan kok," jawabku.
"Belum ini mah, sini tanganmu," dengan sigap tangannya mencari tanganku untuk dapat dilingkarkan ke pinggangnya. "nah, kalau begini aman. Aku senang jadinya."
"Ya Lord, perlakuannya sungguh manis sekali." gumamku. Aku akui kok kalau Rio itu tidak hanya tampan, dia juga supel bisa bergaul dengan siapa saja.
Setelah mengantarkanku, aku berterima kasih kepadanya, "Makasih ya, sebenarnya kamu gak perlu repot kayak gini kok."
"Siapa bilang aku kerepotan, justru aku senang bisa nganterin kamu. Keterusan setiap hari juga gak apa," godanya. "Ya sudah, istirahat sana. Jangan lupa mimpiin aku." Aku membelakkan mata saat mendengar ucapannya, sungguh aku sangat terhibur sebenarnya.
Setelah membersihkan tubuh, kurebahkan diriku ke atas kasur. kuambil gawaiku, ada pesan singkat tanpa nama, kubaca ternyata dari Rio.
Malam cantik, aku sudah sampai rumah. Besok makan siang denganku yah. Selamat tidur, jangan lupa mimpiin aku. Rio
Aku tertawa kecil, ada sepercik bahagia di hatiku. Setidaknya mungkin Rio bisa membantuku melupakan Bambang.
#30DWCJILID13
#30DWC
#SQUAD7
#DAY25
Comments
Post a Comment