Pengagum Rahasia

Sebuah kotak berwarna yang sudah tak jelas lagi warnanya dan penuh debu, kutemukan di bawah tumpukan buku-buku bacaanku. Aku tiup perlahan supaya debu-debu tidak menutupi permukaannya.

Sekilas aku mengingat ke masa sekolah, saat kubuka kotak itu. Isinya ada beberapa fotoku dan teman-teman semasa SMA, dan juga setumpuk surat yang kutulis, namun tidak pernah sampai ke tujuan.




Sejak hari pertama masuk SMA aku sudah jatuh hati dengan sosok laki-laki yang selalu aktif mengarahkan kami para siswa baru. Erlangga, satu tingkat di atasku. Aktif di OSIS, pintar dan juga mempunyai karismatik. Buktinya aku jatuh hati kepadanya. Tapi aku tahu diriku, aku masih siswa baru, gak pintar-pintar amat, kalau cantik lumayanlah. 

"Lorita, aduh coba deh fokus. Lu sibuk ngelihatin siapa sih?" tegur Melisa, sahabat karibku. Kami bersahabat sejak di Taman Kanak-Kanak, hingga sekarang.

"Eh, gak kok. Gue lagi dengerin Pak Komar ngomong kok." Sangkalku. Ada hal-hal yang bisa kubagi cerita ke Melisa, tapi untuk yang satu ini, mengenai ketertarikanku kepada Erlangga akan kusimpan sendiri saja.

Semester 1 sudah terlewati dan aku masih terpesona oleh Erlangga, terlebih tahun ini dirinya mencalonkan sebagai ketua OSIS. Aku selalu menuangkan rasa kagumku kepada Erlangga melalui surat, tentu saja surat itu kutulis tanpa namaku dan kuselipkan di lokernya tanpa sepengetahuannya. Terkadang aku merasa bodoh juga, mana mungkin dirinya akan tahu surat-surat itu berasal dariku.

Hingga suatu hari, gerak-gerikku ketahuan oleh Melisa. Dirinya mendapati diriku yang sedang berusaha menyisipkan surat ke loker Erlangga.

"Ta, lu ngapain di lokernya Kak Erlangga?"

"Eh, gak kok. Gak ngapa-ngapain." Aku terbata-bata menjawab karena saking terkejutnya dengan keberadaan Melisa yang tidak kuduga. Tapi bodohnya aku, surat yang belum kuselipkan terlihat jelas oleh Melisa.

"Lu nulis surat buat Kak Er?" tanyanya setelah merebut paksa surat dari tanganku.

Aku tidak menyangka kalau Melisa akan seberani seperti ini, membuatku malu. Hingga aku hanya bisa menunduk tanpa menjawab pertanyaannya.

"Kalian sedang apa di depan loker saya?" tiba-tiba saja suara khas milik Kak Erlangga membuatku terkejut, rasa-rasanya aku ingin sekali tenggelam ke dasar bumi.

Belum kami menjawabnya, Erlangga melihat surat yang sedang di baca oleh Melisa. "Itu surat untuk saya lagi? Jadi selama ini kamu yang mengirimnya diam-diam ke loker saya?"

Aku melotot kepada Melisa, berharap dia mengerti bahasa isyaratku untuk tidak memberitahu perihal siapa yang menulis surat itu. "Oh iya, aku kak. Karena aku malu kalau harus memberikannya langsung ke kakak. Jadi aku ..." 

Seperti petir di siang bolong, begitulah perasaanku. Hingga akhirnya Erlangga menarik Melisa untuk berbicara berdua saja. Dan keesokan harinya berita baru santer terdengar, Erlangga baru saja jadian dengan Melisa. Hubungan persahabatan kami pun merenggang.

Meski begitu, aku masih saja menulis surat karena rasa kagumku kepada Erlangga. Tapi tidak kusampaikan kepadanya, hanya kusimpan dalam kotak rahasiaku.

***

#30DWC
#30DWCJilid13
#Day2

*kredit foto : google







Comments