Menatap ke langit di mana Bulan sedang bersinar indah, seorang gadis menatap dengan seksama seakan Bulan adalah teman terbaik yang dapat diajaknya berbicara. Berbicara tentang kehidupannya yang sepi, dan kesehariannya yang memilukan.
Gadis kecil kerap kali berpikir alangkah baik nasibnya jika saja tempat tinggalnya tidak beratapkan langit, bajunya tidak rombeng, makanannya bukan dari sisaan. Bulan selalu berkata, bahwa itu bukanlah salahnya. Bulan selalu menghibur dirinya dengan sebuah kisah hangat menjelang tidurnya.
Menatap
ke langit yang baru saja menumpahkan hujan, seorang gadis memeluk diri mencari
kehangatan, meski tahu itu hanyalah sebuah paksaan. Tubuh kecilnya basah
kedinginan, mengigit bibir bawahnya berharap pada Malam, kalau ini akan segera
di lewatinya.
Rebas
air mata mulai jatuh tak dapat dihentikan, hatinya penuh dengan sesak
kekesalan. Harus marah pada siapa, harus meminta pada siapa …
Ibunya
entah dimana, sang Ayahpun hanya bisa dibayangkannya saja. Kebanyakan orang yang melihat merasa iba, tidak banyak membantu.
Hari
ini gadis kecil berbahagia, mendapat kehangatan dari tempat yang baru di
pijaknya. Bahkan dirinya tampak berkilauan dengan baju keperakan milik sang
Bulan.
Senyumnya
menyilaukan bagi seisi Bumi yang melihatnya, gadis kecil telah bahagia bertemu
dengan Sang Penciptanya.
***
Comments
Post a Comment