Glophobia


Aku  benci menghadiri pesta anak-anak, pertama karena aku sudah memasuki usia remaja tentu saja sudah tidak pantas kan. Kedua, aku takut dengan balon. Melihat balon yang sedang ditiup saja bisa membuat jantungku berdebar dan serasa darah tersedot ke puncak kepalaku, terlebih lagi jika harus berada di ruangan yang penuh dengan hiasan balon hal ini akan membuatku lebih parah lagi.

Aku terpaksa menemani Joan adik bungsuku ke acara pesta ulang tahun teman sekelasnya sore ini, seharusnya ini gilirannya Leo menemaninya. Namun Leo mendadak dapat kabar harus menghadiri casting pencarian model oleh suatu agensi. Ya kalau kau tahu Leo Orlando, dia adalah kakakku yang berprofesi sebagai bintang iklan. 




"Kau bisa masuk menemaniku di dalam, Yolanda? Aku akan merasa aman jika kamu selalu di dekatku," bujuk Joan kepadaku. Ah iya, Joandri adalah adik lelakiku yang pandai sekali memikat dengan perkataannya. Meski jika kau tahu sifat aslinya adalah tukang pembuat onar di Sekolah dan di rumah tentu saja.

"Tidak! Aku tahu kau sudah cukup mandiri, Joan. Dan jangan suka memanipulasiku dengan ucapanmu, kita sudah sepakat sebelum berangkat." Tegasku. Joandri hanya memamerkan sederet gigi putihnya kepadaku, kemudian bergegas masuk ke dalam rumah dengan sebuah perkarangan yang sudah di sulap menjadi indah. Tentu saja dengan penuh hiasan balon warna-warni dan bernuansa Little Pony, awesome!

Sementara aku duduk di teras yang memang di sediakan oleh tuan rumah bagi para pengantar, menghabiskan waktu dengan membaca novel yang belum kutuntaskan. Bersyukur teras ini sepi dari hiasan balon. 

"Hai, maaf apa kau tahu di mana aku dapat menemui Pak Charles?" 
Aku mengangkat kepala menatap siluet di hadapanku, seorang pemuda mungkin saja seusia denganku atau di atas usiaku. Itu tidak penting juga sih, namun karena dirinya menghalangi cahaya senja jadi aku kesulitan melihat rupanya.

"Oh hai juga, kau bisa langsung masuk saja ke dalam. Pak Charles sangat mudah kau temui nantinya," jawabku dengan seringai. Ya tentu saja Pak Charles akan mudah di temui, karena lelaki tua separuh baya itu mengenakan kostum Spike, seekor naga kecil. 

Pemuda itu hanya mengangguk, setelah dirinya melewatiku barulah aku dapat melihat rupa wajahnya. Ya Lord, dia mirip sekali dengan Loki. Maksudku Tom Hiddleston. Saking terpesonanya aku sampai tak sadar masih terus membuka mulutku lebar.

"Kau dapat menutup mulutmu, aku khawatir lalat bisa masuk ke sana," tutur pemuda itu dengan seringai di bibirnya sebelum menghilang di balik pintu.

Sial, aku dipermalukan. Tapi tak apa, dirinya cukup tampan. Dan bukan Yolanda namanya jika tidak dapat berkenalan dan mendapatkan nomor ponselnya. Sedikit terburu-buru aku merapihkan buku bacaan dan memasukkannya kembali ke dalam tas dan langsung mencoba mengejar mencarinya. Ya aku bisa mendekatinya dengan alasan akan mencarikan di mana Pak Charles berada.

Suasana di dalam mulai ramai dengan riuh para bocah yang tertawa, saling berbicara, bahkan kulihat ada beberapa anak yang diam-diam asik mencoleki kue ulang tahun bertema Litte Pony di tengah taman. Namun sayang aku tidak dapat menemukan Loki, maksudku Tom Hiddleston, bukan tapi pemuda tampan itu.

Para orang tua berkumpul di sebelah kiri taman sambil memegang gelas plastik berisi sirup, ataupun cemilan yang telah disediakan. Dan diriku sedikit menyesal tidak berada di antara meja-meja di belakang para orang tua, yang telah dipenuhi suguhan makanan yang mengundang selera.

"Oke baiklah! Semua dapat berkumpul ke tengah sini, acara akan kita mulai," teriak Pak Charles yang sedikit kesulitan bergerak dengan kostum yang dikenakannya. "Selamat Sore, terima kasih telah datang untuk menghadiri pesta ulang tahun putri saya Fionna ke tujuh tahun. Sebelum masuk ke acara utama meniup lilin, kita akan terlebih dahulu menyaksikan pentas dari Tony The Clown," lanjut Pak Charles yang kini sudah di kerumuni oleh anak-anak di sekitarnya, dan Fionna the birthday girl terlihat sangat cantik dan manis dengan gaun pesta berwarna peach yang dikenakannya.

Masih saja pandanganku belum dapat menemukan apa yang kucari, hingga seseorang atau sesuatu tak sengaja menabrakku dari belakang. "Oh maaf. Hai kau lagi," aku lantas membalikan tubuhku, karena refleks mengenali suara ini.

Ternyata di belakangku ini adalah pemuda tadi yang kini sudah mengenakan pakaian mirip seperti badut, atau mungkinkah dirinya yang dimaksud oleh Pak Charles tadi? Tony The Clown? 

"Bisa membantuku memegang balon ini sebentar, aku ingin memakai topeng badut ini dulu sebelum menemui anak-anak di sana," kedua tangannya yang sedang memegang banyak balon terulur di wajahku. 

Dan insiden tak terelakan dimulai saat kulihat rangkaian balon di hadapanku, nafasku mulai tidak beraturan, kakiku terasa seperti jelly tidak dapat digerakan, dan sepertinya darah juga mulai tersedot ke atas kepalaku. Bahkan sebelum aku dapat membantu pemuda itu memegangi balon, diriku sudah ambruk ke bawah. Aku dapat melihat samar pemuda itu berteriak ke arahku dengan balon yang masih di kedua tangannya, diikuti suara-suara teriakan lain yang terdengar samar hingga semuanya menjadi gelap bagiku.

***


*kredit foto : google

Comments