Gadis Bertudung Merah Part 1

Ini adalah hari yang selalu dinanti oleh Irene setiap pekan, karena setiap hari Sabtu Irene dapat berkunjung ke rumah neneknya yang berada jauh di dalam hutan. Entah kenapa neneknya lebih memilih tinggal di sana sendirian daripada bersama ayah ibu dan dirinya di kota. "Hanya nenek yang tahu alasannya," begitulah jawaban dari ibu setiap kali Irene bertanya.

Meskipun teman-teman Irene selalu bercerita jika ada serigala buas di dalam hutan yang selalu mengintai dan akan menculik anak-anak, Irene tidak takut. Irene masih teringat cerita dari nenek tentang bagaimana serigala mati secara tragis oleh kakeknya. Jadi Irene tidak takut dengan serigala, karena menurutnya serigala itu sudah tidak ada.




Di lain tempat, jauh dari kota seekor serigala muda sedang merencanakan sesuatu yang jahat. Ia ingin membalaskan dendam akan kematian kakeknya yang dibunuh oleh manusia. Satu-satunya cara adalah mengintai, menculik dan menginterogasi mereka, untuk mengetahui manusia yang telah membunuh kakeknya.

Sayangnya sudah bertahun-tahun dirinya mengintai dan menculik anak-anak selalu saja tidak mendapatkan jawabannya. Menurut para korbannya ada satu keluarga yang mengetahui hal tersebut, dan keluarga itu mempunyai seorang gadis yang selalu memakai tudung berwarna merah.

*
Irene sudah siap berangkat ke rumah nenek pagi ini, keranjang besar berisi kue dan buah-buahan yang diisi ibunya juga sudah siap dibawa olehnya.

"Aku pergi,"

"Hati-hati Nak, jika kau bertemu dengan orang asing kau tahu harus berbuat apa bukan?" tutur Ayah yang memeluk Irene.

"Tentu saja aku tahu, ayah. Ayah tidak perlu khawatirkan diriku, justru ibulah yang harus ayah khawatirkan. Jangan sampai ibu selalu menungguku was-was di depan pintu hingga malam tiba," jawab Irene lantang seraya melirik sang ibu yang berdiri di depan pintu dengan senyum khawatirnya. "karena aku akan bermalam di rumah nenek, dan esok sore akan tiba lagi di sini. Aku akan merindukan kalian berdua."

Setelah berpamitan, Irene berjalan menyusuri jalan setapak menuju hutan. Hari ini sangat cerah sekali, secerah hati Irene. Irene menemukan bunga liar yang tumbuh di dalam hutan, tergerak hatinya untuk memetik bunga-bunga liar itu dan memberikannya untuk nenek, "Nenek pasti akan sangat menyukai bunga ini," gumamnya.

Irene tidak mengetahui jika dirinya sedang di awasi oleh Adolf si serigala yang kini sedang berubah wujudnya tampak seperti manusia biasa. "Kau telah memetik bunga itu tanpa ijin, Nona." ujarnya setelah muncul dari balik pohon.

"Wow, kau mengagetkanku. Bagaimana kau bisa muncul tiba-tiba? Dan hey lagi pula ini adalah hutan bebas, jadi aku tak perlu mendapatkan ijin untuk memetik bunga-bunga ini," teriak Irene sedikit kaget dengan kehadiran Adolf yang muncul tiba-tiba.

Adolf malah tertawa kecil yang membuat Irene malah bingung dan terpesona oleh ketampanannya. Ya Adolf versi manusia sekarang ini mempunyai wajah yang sangat rupawan. Akhirnya Irene sadar dan langsung berjalan sedikit berlari kecil menuju ke dalam hutan, meninggalkan Adolf.

"Hei kau sungguh sangat tidak sopan Nona, setelah memetik bunga tanpa seijinku dan juga meninggalkanku sebelum selesai bicara!" gerutu Adolf, tapi percuma saja Irene sudah cepat menghilang keberadaannya. "Itulah betapa aku sangat membenci manusia!" gerutunya lagi sambil berjalan mencoba mengejar Irene dari belakang.

"Kau sungguh sangat tidak sopan, Nona," ucap Adolf yang dibalas dengan teriakan kaget dari Irene, "Argh ..."

"Bagaimana kau? Kenapa kau selalu muncul di hadapanku tiba-tiba? Apa kau penunggu hutan ini?" tanya Irene sedikit waspada. 

"Aku? Aku tidak muncul tiba-tiba, aku berlari untuk dapat mengejarmu. Seharusnya aku yang bertanya kenapa kamu lari begitu saja meninggalkanku?"

"Aku tidak mengenal dirimu, bagiku kau adalah orang asing. Bisa saja kau berbuat jahat kepada diriku."

"Aku orang asing? Jahat?" ulang Adolf yang dibalas dengan anggukan Irene.

"Baiklah, perkenalkan diriku adalah Adolf." Tangan Adolf sudah mengulur di hadapan Irene, menunggu balasan darinya.

"Oh, aku Irene." Balas Irene menyambut jabatan tangan Adolf yang terasa hangat, hal ini tentu saja membuat Irene merasakan ada sengatan listrik dalam dirinya. Bergegas Irene menarik tangannya dan kembali berjalan namun kali ini tidak berlari kecil lagi.

Adolf berjalan disampingnya, sesekali melirik Irene. "Gadis cantik," gumamnya dalam hati. "Sedang apa kau berada di dalam hutan sendirian? Apa kau tidak merasa takut?"

"Aku? Ngg aku hanya sedang berjalan saja di dalam hutan ini dan juga untuk memetik bunga-bunga ini tentunya," jawab Irene tenang menutupi rasa takutnya. Ya karena dirinya selama sering melakukan perjalanan ke rumah nenek di dalam hutan tidak pernah melihat atau bertemu dengan manusia lain sebelumnya. "bagaimana denganmu, apa yang sedang kau lakukan di dalam hutan ini? Dan ku tebak kau juga bukan berasal dari kota ini?"

"Aa ... aku? Oh aku bukan berasal dari sini," jawab Adolf sedikit gugup. Dirinya bahkan tidak mengetahui mengapa menjadi gugup dan melupakan rencana awalnya.

"Oh jadi kau seorang wisatawan asing yang sedang liburan di sini?"

"Ah, ya seorang wisatawan asing. Aku sedang liburan di sini." ulang Adolf kembali.

"Di dalam hutan?" tanya Irene kembali diiringi tawa kecilnya.

"Ya di dalam hutan. Yang ku tahu hanya wilayah ini saja, oh maksudku aku sedikit tersesat sebenarnya." Adolf memperhatikan keranjang besar yang dibawa oleh Irene, "Apa yang kau di dalam keranjang itu?"

"Ah ini ku bawa untuk ne ..., piknik! Aku berencana untuk piknik di dalam hutan ini sebenarnya," tutur Irene sedikit menahan rasa takutnya. Ya, Irene mulai merasa janggal dengan pemuda yang berada di sampingnya ini. Jika dirinya seoarang wisatawan, bagaimana bisa terdampar jauh ke dalam hutan. Segala macam pikiran jelek terus saja menghantui Irene, namun dirinya berupaya tetap tenang dan berpikir jernih.

"Kau berencana piknik sendirian di dalam hutan?"

"Dan kau berwisata ke dalam hutan?" tanya Irene sedikit mengejek ke Adolf. Hingga keduanya malah tertawa kecil. 

"Baiklah bagaimana jika aku menemani dirimu untuk piknik, aku tidak keberatan sama sekali. Itu pun jika dirimu mau kutemani," pernyataan Adolf cukup membuat Irene sedikit terhenyak sementara.

"Baiklah, aku tidak keberatan berpiknik bersamamu. Kita akan berpiknik di tepi danau, aku tahu tempatnya, tidak jauh dari sini." ujar Irene di balas dengan anggukan Adolf. Irene sengaja memang memilih danau, karena tempatnya terbuka dan tak jauh dari rumah nenek. Jadi jika pemuda di sampingnya berulah, Irene hanya cukup berteriak minta tolong dan berlari menuju ke rumah neneknya.


*

sumber gambar : Google



Comments