Mimpinya Jonas Bagian 4

Siang ini sesuai janji Jonas sudah datang dan siap beraksi di depan juri, untuk mencoba keberuntungannya. Bermodal gitar milik Parjo, Jonas tampil menyanyikan lagu yang dimainkannya semalam dengan fasih. Hingga para juru dan peserta lainnya pun ikut terbawa emosi oleh lagu yang dinyanyikan Jonas.

Tepuk tangan meriah dan standing applause didapatkannya dari juri, Jonas berkesempatan masuk babak penyisihan selanjutnya. Mengalahkan seratus peserta yang ada siang ini.

Satu hal yang pasti, Jonas tidak ingin berita ini sampai ke telinga mamaknya. Karena bukan saja bisa bikin mamaknya murka lagi, namun menjadi kiamat juga bagi Jonas. Beruntung Jonas memakai nama samaran Joni.

Tapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak dengannya, di hadapannya ada Pak Zain, ketua RT-nya dan juga si Frida putri pak Zain yang menyaksikan penampilannya tadi. “Mampus deh gue.”  Batin Jonas.

Seribu langkah di ambil Jonas untuk menghampiri Pak Zain dan putrinya, namun terhalang ratusan peserta yang mengerumuninya. Hingga membuat mereka tak lagi terlihat. Jonas segera mencari Parjo, setelah menjelaskan akar permasalahannya Jonas pulang. Dengan harapan Pak Zain tidak mampir ke rumahnya, dan berbicara apa yang mereka lihat ke mamaknya.

Sesampainya di rumah Jonas merasa aman, tidak terlihat kendaraan roda empat milik Pak Zain di perkarangan rumahnya. Mamaknya pun sedang duduk di teras rumah, tapi ada yang ganjil menurutnya. Warung kelontong milik mamak tutup, tidak biasanya. Padahal mamak tidak pernah menutup warung, apalagi tanggal merah. Tidak pernah ada kata libur di kamus mamaknya.

“Mak. … Mamak sedang apa duduk sendiri disini, terus kenapa warung ditutup? Mamak sakit?” sapa Jonas sambil mencium tangan mamak tercintanya. Jonas merasakan aura yang berbeda ketika mencium tangan mamaknya tadi. Hanya diam dengan pandangan kosong.

Jonas duduk bersimpuh di hadapan mamaknya, mengelus tangan mamaknya yang sudah berkeriput. Tangan yang selalu mengendongnya sewaktu kecil, tangan yang dulu masih kokoh membawa sekardus dagangan dari pasar. Tangan yang selalu membelainya menuju peraduan mimpinya.

“Mak, jangan bikin Jonas khawatir. Mamak kenapa?” tanya Jonas sekali lagi dengan suara memelas.

“Bastian Siregar namanya, dia pemuda paling manis, pintar, yang mamak temui, dan sangat menyukai musik. Dulu kami selalu bernyanyi bersama, dirinya memetik gitar. Sewaktu kami sudah menikah dan mengetahui bahwa mamak sedang mengandung, Bastian membuat lagu untuk bayi yang berada dikandungku.

Remember me, though I have to say goodbye… remember me, don’t let me make you cry …”

Seketika itu juga Jonas tak sadar ikut melafalkan lagu itu, dihapusnya air mata dipipi mamaknya.

“Lelaki itu bapakmu, Jonas. Dia pamit padaku untuk tampil di kota, namun sehari tak ada kabarnya, dua hari, sepekan, sebulan, hingga aku melahirkanmu dan sekarang. Lelaki itu seakan menghilang ditelan bumi, sanak saudaranya pun telah lelah mencari keberadaannya. Hingga aku pun harus mengikhlaskannya, tapi karena aku masih mencintainya. Hatiku selalu sedih, sakit mengingatnya. Jadi kucoba untuk menjauhkan segala yang berhubungan dengannya termasuk musik. Itulah kenapa aku selalu melarangmu bermain musik, aku takut kejadian lalu itu terulang lagi. Dan aku lagi-lagi akan kehilangan laki-laki dihidupku.

Jonas langsung memeluk mamaknya, membiarkan mamaknya meluapkan perasaannya yang selalu dipendamnya. Rasa rindu, rasa kehilangan, rasa cinta yang tak kunjung pulang untuk berkabar. Jonas mengerti sekarang, mengapa dirinya menyukai musik, mengapa dirinya akrab dengan lagu itu. Karena memang itu bagian dalam dirinya, yang tidak pernah terkuak, hingga detik ini.

“Jadi waktu mamak dapat kabar kau ikut audisi, mamak minta Pak Zain mengantar mamak ke kota. Hanya untuk memastikan bahwa kau akan selamat, dan pulang lagi. Kau pulang Jonas.”

Jonas mengangguk dan menghujani kecupan kecil dipipi dan kening mamaknya, “Jonas akan selalu pulang untuk mamak, Jonas akan selalu pulang, mak.” Jonas kembali merengkuh tubuh mamak, mendekapnya erat. Seakan mengatakan bahwa dirinya ada, Jonas tidak pergi jauh.

                                                                           ***              
                
Hari yang dinanti telah tiba, babak penyisihan audisi pemilihan artis kota berbakat. Jonas tampil penuh keyakinan, tak ada lagi keraguan dihatinya. Dirinya pun pasrah, jika tidak terpilih nantinya, setidaknya pencapaiannya sampai titik penyisihan ini sudah membuktikan. Bahwa didalam dirinya mengalir darah seni dari bapaknya, Bastian.

“Remember me though I have to travel far … remember me, each time you hear a sad guitar … know that I’m with you the only way that I can be … until you’re in my arms again … remember me…”

 Suara tepuk tangan bergemuruh tak henti-henti diberikan oleh penonton dan juga para juri. Ya, Jonas akhirnya telah unggul dan memenangi audisi pemilihan artis kota berbakat, setelah MC menyampaikan kabar gembira itu. Dan memintanya untuk menyanyikan sekali lagi lagu yang di bawakannya.

Berdiri di atas panggung, dengan ribuan penonton dan disaksikan mamak tercintanya. Jonas kini terkenal dan tentu saja berbahagia dapat bermain musik.

*tamat*
           



Comments