Courier Man

Arul tidak pernah menyangka jika hari ini dirinya akan berurusan dengan polisi, pasalnya satu di antara paket yang diantarnya siang ini berisikan potongan salah satu dari bagian tubuh manusia. Tentu saja selama menjalankan pekerjaannya sebagai kurir, Arul tidak pernah harus mengecek satu persatu paket yang sudah menjadi bagiannya.

Namanya kini tercoreng, bahkan dirinya pun harus bermalam di hotel prodeo untuk kelancaran pemeriksaan kasus yang menarik dirinya. Berada dalam satu ruang dengan para perampok membuat Arul kerap harus menahan diri dan menghindari tatapan mata mereka.

Alat komunikasinya tersita, begitupun dengan dompet yang berisikan uang dan data-data pribadinya. Arul merasa cemas dengan keadaan Lita dan Ismail yang pasti sedang menanti dirinya di rumah. Dirinya berharap kasus ini segera terungkap jadi dirinya dapat terbebas dari segala tuduhan.


***

"Jadi kamu tidak tahu bagaimana paket yang kamu kirimkan itu berisikan potongan tubuh manusia?" tanya salah satu petugas kepolisian yang sedang menginterogasinya di ruang kecil. 

"Tidak tahu, Pak. Saya sudah menjawab pertanyaan ini sebanyak lima kali, masa Bapak tidak percaya dengan saya. Saya hanya kurir, Pak. Seharusnya Bapak juga mencari tahu ke kantor saya, tanyakan ke atasan saya." jawab Arul membela diri.

"Itu nanti akan dilakukan, sekarang saya butuh informasi dari kamu, selaku pengantar paket itu," 

Arul menyandarkan tubuh lelahnya ke belakang kursi, dan menghela napas. Kemudian salah satu petugas lainnya masuk ke dalam ruangan dan membisikan sesuatu kepada petugas yang sedang duduk menginterogasinya.

"Kamu boleh pulang sekarang, tuduhanmu tidak bersalah." hanya kalimat itu saja yang dikatakan oleh petugas yang telah menginterogasinya, dan petugas lainnya meminta Arul mengikutinya untuk mengurus berkas dan mengambil barang pribadi milik Arul.


***

Sudah tiga hari setelah kebebasannya dari hotel prodeo, Arul masih saja berpikir keras, tentang siapa yang telah membebaskannya. Lita pun kerap menangisi dirinya setelah mendengar penuturan darinya, hingga setiap hari ketika akan berangkat kerja, istrinya selalu menasehatinya untuk selalu berhati-hati dalam perjalanan.

Siapa yang harus dicurigai oleh Arul? Namun akan terlalu banyak orang harus dicurigainya, bisa saja salah satu rekan kerjanya, atau bahkan atasannya. Akhirnya Arul memilih untuk melupakan kejadian itu, dan mulai kembali bekerja mengantarkan paket barang yang sempat tertunda.

Saat melewati ruang gudang di belakang kantornya, Arul mencium aroma busuk yang sangat menyengat. Arul mengumpat, karena beranggapan pasti ada bangkai tikus yang mati di dalam dan terlewat dibersihkan oleh office boy.

Arul berteriak dan mengumpat kasar ketika yang ditemuinya justru bukan bangkai tikus yang mati, melainkan tubuh manusia tidak utuh dan terpotong menjadi beberapa bagian dan tergeletak begitu saja di lantai. Darah kering di lantai membuat ruangan gudang kecil itu menimbulkan aroma anyir dan pengap.

Arul mencoba mendekati mayat itu, melihat siapakah sosok mayat itu. Mungkin saja Arul dapat mengenalinya meski bagian kepala, kaki dan tangannya sudah tidak ada. Namun ketika mencoba mengenalinya, Arul merasa jika dirinya tidak sendiri di dalam ruangan ini. sosok bayangan sedang berdiri, seakan sedang menatapnya.

Benar saja, baru saja Arul membalikan badan untuk keluar dari ruangan gudang, tiba-tiba pintu gudang terbanting dengan kencang, sehingga pintu gudang tertutup. Arul tambah panik, dalam hati dirinya memaki dan menyesali masuk ke dalam ruangan ini.

"Kau seharusnya tidak perlu repot untuk mencari tahu, Arul. Aku menyesal telah membantu membebaskanmu, harusnya kau saja yang menjadi tersangka. Jadi aku bebas mencari mangsa lagi." 

Arul hanya dapat mendengar suara, namun kesulitan mengenali wajahnya. Dirinya pun berpikir keras mencoba mengenali suara siapakah itu. Dengan terbata-bata Arul berbicara, "Aapa maksud Anda? Apa yang telah diperbuatnya hingga harus mati seperti itu?"

Bukan jawaban melainkan suara tawa yang terdengar, "Ha ha ha ... Kau benar-benar lupa denganku, Arul?"

"Siapa kamu? Aku tidak dapat mengenali wajahmu, majulah supaya aku dapat mengenalimu dengan jelas," Arul merasa bodoh ketika berani berbicara seperti ini, karena bisa saja nasibnya akan sama dengan mayat yang ada tak jauh dari kakinya sekarang.

Bau anyir semakin kuat, membuat Arul sedikit pusing dan mual. Secepat itu juga pandangan Arul menjadi buram dan menggelap, bukan karena pusing dan mual yang sedang dialaminya, tapi karena sesuatu telah menghantam di kepalanya. 

Sebelum jatuh ambruk ke lantai dan pandangannya buram, Arul dapat melihat wajah yang berbicara dengannya. Itu adalah Rudi, rekan sekerjanya dulu. Dulu sebelum akhirnya dirinya dipecat karena kedapatan mencuri paket yang seharusnya diantarkan. Dan Arul ingat, hanya dirinya dan Yoga yang melaporkan hal ini ke kantor.


*selesai*







Comments