Kamar 1128 Part 2

Setelah turun ke restoran untuk makan siang, aku kembali menuju ruang kamarku di lantai 11. Ketika akan menaiki lift, aku berpapasan dengan bell boy yang telah mengantarkan tas kecilku. 

"Mas, terima kasih ya telah mengantarkan tas saya tadi. Saya orangnya ceroboh, suka lupa meletakkan barang. Si Mas juga gak ingetin saya sih setelah dari meja resepsionis." sapaku kepadanya.

Pemuda itu tersenyum dan sedikit membungkukkan tubuhnya, "Sudah menjadi tugas saya, Bu." 

Saat aku masuk ke dalam lift dirinya sempat mengatakan kalau bukan dirinya lah yang menggantarkanku ke lantai kamar. Ya, aku mungkin salah orang. Penyakitku lainnya adalah susah mengenali wajah seseorang.

Tiba di dalam kamar, betapa kagetnya melihat buku-buku bacaanku berjatuhan di lantai. Aku merasa lupa, apa aku yang belum merapikannya atau sudah sebelumnya. Tak ambil pusing aku susun kembali buku-buku di atas meja nakas. 

Naik ke ranjang, kurebahkan tubuhku sekadar merilekskan, niat awalnya aku ingin membaca buku mengenai sejarah Perang Dunia Kedua sebelum tertidur pulas. Namun apa daya, rasa kantuk mulai menjalar, dan perlahan aku mulai tertidur pulas.


***

Pernahkah dirimu merasakan mimpi dalam sebuah mimpi? Maksudku, kau merasa sudah terjaga dari mimpimu, namun nyatanya sebenarnya kau masih di dalam alam mimpi. Hingga akhirnya ada satu hal yang membuatmu terbangun dengan keadaan jantung berdegup kencang dan keringat dingin membasahi tubuhmu.

Hal inilah yang kurasakan saat ini, jantungku berdegup dengan kencang, keringat membasahi tubuhku dan aku terbangun dalam keadaan ruang kamarku yang gelap. Kuingat-ingat sepertinya aku tertidur setelah makan siang tadi. 

Pendingin ruanganpun seperti tidak berfungsi, membuat ruangan kamarku terasa sangat panas dan pengap. Kunyalakan lampu ruangan kamar dan televisi, seraya mengambil pakaian untuk salin. 

Ini baru hari pertama, namun aku merasa tidak nyaman berada di kamarku. Seperti ada sesuatu atau hal lainnya yang berada satu ruang bersamaku juga saat ini. Namun aku bukannlah orang skeptis yang langsung mempercayai hal-hal mistis. Kuyakinkan diriku jika mimpi tadi hanyalah bagian dari bunga tidurku, dan kondisiku yang kelelahan menambah faktor mimpi burukku.

Aku memutuskan untuk melewati jadwal makan malamku dengan hanya menikmati secangkir kopi saja di kamar sambil menonton tayangan film di televisi. Sesekali mengecek gawaiku, membaca beberapa pesan di whatsappku.

Ada satu pesan tanpa nama yang berisikan, "You don't meet people by accident. There's always a reason, a lesson or a blesing."

Baru saja aku ingin membalas pesan nomor yang tidak kukenal ini, tiba-tiba pintu kamar mandiku terbanting kencang. Oke, ini mulai creepy menurutku. Sekuat-kuatnya aku menghadapi ancaman bos, aku juga penakut dengan hal-hal gaib seperti ini. 

"Siapa di sana?" aku sedikit berteriak dari kamar, kakiku sedikit enggan untuk melangkah menuju kamar mandi. Jantungku kembali berdegup kencang.

Oke, aku menginap di hotel ini untuk liburan bukan untuk challenge uji nyali. Kuberanikan diri mendekati kamar mandi dan membuka pintunya lebar, mataku melihat sekeliling ruang kamar mandi. Kosong, tidak ada orang atau apapun di dalam sana. Secara logika pintu kamar mandi yang terbuat dari kayu jati tidaklah akan mudah tertutup dengan sendirinya. Jadi aku mensugesti diriku sendiri, kalau tadi itu hanya ilusiku saja.

Betapa terkejutnya aku ketika mengetahui ada seseorang sedang duduk di pinggir ranjangku, menghadap ke arah jendela. Seseorang itu adalah wanita, karena dapat kulihat rambut hitamnya tersanggul ke atas dan mengenakan dress berwarna broken white.

Refleks saja aku melihat ke arah pintu kamarku, yang masih dalam keadaan tertutup dari dalam. Dan kembali menatap punggung sosok yang masih duduk di pinggir ranjang. "Hei!" teriakku sedikit panik dan gemetar. "bagaimana Anda bisa masuk ke dalam kamar saya?"

Sosok itu memutar sedikit tubuh dan kepalanya menanggapi pertanyaanku, memperlihatkan sebagian wajahnya yang datar tanpa mata, hidung dan mulut. Membuat aku terkejut dan terbangun dalam mimpiku.

Tubuhku basah dengan keringat, kulihat jam di atas meja nakas masih menunjuk angka empat sore. Kualihkan pandanganku ke pantulan cermin dari lemari yang memperlihatkan keadaan kamar mandi. Kosong. Seketika juga aku merasa aman.


*bersambung*

Comments