Kamar 1128 Part 3

Setelah kejadian aneh yang kualami selama beberapa jam membuatku sedikit ketakutan menjadi mawas diri. Sesunguhnya ini bukan seperti aku yang biasanya. Kuputuskan menghangatkan tubuhku dengan membuat secangkir teh manis dan menikmati bacaanku mengenai kamp kerja paksa di bawah kekuasaan Stalin yang tersembunyi dari mata dunia.

Hampir satu setengah jam aku larut terbawa dalam penjelasan Aleksandr dalam buku 'Gulag'. Kurengangkan tubuhku sebentar dan menatap ke luar jendela, sayangnya viewku terhalang oleh gedung yang sedang dibangun. 

Namun ada satu yang membuatku penasaran, di seberang sana mungkin dua lantai dariku dapat kulihat sesosok seperti yang ada dalam mimpiku. Tanpa pikir panjang lagi, diriku langsung menekan tombol untuk menutup tirai secara otomatis. Kunyalakan lampu lebih terang lagi di setiap sudut kamarku. Ya, aku ketakutan saat ini.

Merapikan bekas bacaanku dan mencoba mengingatnya dengan seksama setiap barang yang berada di tempatnya. Aku bersiap untuk turun makan malam di restoran. Kumasukan gawai, buku catatan ke dalam tas dan keluar dari kamar.

Berjalan melewati lorong lantai membuatku sedikit merasakan aura lain, meski dalam hati kucoba membayangkan hal-hal yang konyol dilakukan Remi, kucingku. Atau joke dari Mikel teman sekantorku, yang menurutku pantas menjadi seorang komikus.

Hingga aku bertabrakan dengan wanita yang mengenakan dress berwarna broken white, yang kutabrak hanya diam saja. Hingga aku mencoba meminta maaf kepadanya. Aku tidak tahu bagaimana dirinya bisa ada dihadapanku, "Tidak mungkin aku melamun sambil berjalan kan tadi?" gumamku.

Aku dan wanita ini akhirnya berdiri sejajar menghadap ke depan lift, menunggu untuk terbuka dan membawaku turun ke lantai bawah. Rasa penasaranku membuat ingin menengok dan melihat seperti apa rupa wajahnya, hingga suara dentingan lift mengagetkan diriku. 

Pintu lift terbuka, beberapa orang di dalam lift terlihat sibuk dengan gawainya masing-masing. Pemuda yang berada di paling depan memintaku untuk segara masuk, bergegas aku masuk ke dalamnya dan menekan tombol lantai tujuanku. Seketika itu juga aku baru ingat dengan keberadaan wanita tadi. Kuputar tubuhku dan melihat sekelilingku, ternyata wanita itu tidak ikut masuk ke dalam lift.

"Kau lihat wanita yang berada di sebelahku tadi? Apa dirinya ikut naik juga?" tanyaku ke pemuda di sampingku. 

Dirinya hanya mengatakan, "Tidak ada orang lain selain Anda di lantai tadi."

Oke, penjelasannya membuatku kembali bertanya. "Bagaimana tidak ada orang selain aku, padahal jelas-jelas ada seorang wanita memakai gaun berdiri sejajar denganku."

Jawaban pemuda itu sedikit menohokku, "Mungkin dia tidak jadi ikut masuk, karena ada barang yang tertinggal di kamarnya. Atau bisa jadi itu hanya hayalan Anda saja, Mba."

Hanya hayalanku saja? Apa itu maksudnya? Meski aku sering menulis cerita fiksi, tapi aku masih bisa membedakan mana fiksi dan mana kenyataan. Bukan berarti aku adalah tipekal orang yang sering berhayal. Pikiranku menjadi semakin rumit, bagai teka-teki yang tidak dapat dituntaskan.

Segera setelah lift terbuka di lantai tujuanku, aku berjalan keluar. "Berhati-hatilah berada di kamar Anda, Mba." ujar pemuda tadi, seperti sedang meledek diriku. 


***

Sengaja aku berlama-lama di dalam restoran ini, setelah makan malam tadi. Kembali kupesan secangkir kopi dan kudapan. Syukurlah tubuhku tidak gampang lebar ke samping meski aku suka makan dan mengemil.

Mataku menemukan pemuda yang berada di dalam lift tadi, masuk ke dalam restoran sendirian. Ya harus kuakui pemuda ini mempunyai pesona yang menarik, tubuh yang semampai, berkulit bersih, dengan rambut hitam panjang yang diikat ke belakang. Kuangkat tangan kananku ketika mataku dan matanya saling bersimprukan.

Pemuda itu tersenyum, dan aku merasa bodoh sesaat. Untuk apa aku mengangkat tangan menyapanya, kini dirinya sudah berada di depan mejaku. Aku pun berdiri untuk menyambutnya, "Hai, maafkan aku tidak bermaksud menganggumu dengan memanggilmu ke mejaku. Hanya saja, ... " tak kuselesaikan ucapanku, karena dirinya pun memotong ucapanku.

"It's okay, take your time. Lagi saya memang tidak merasa diganggu kok. Ah, boleh saya bergabung di meja ini?" 

Aku hanya mengangguk dan tersenyum canggung. Dan kemudian kami pun saling mengenalkan diri dan berbincang di sela dirinya menikmati makan malam pilihannya. 

"Jadi kau menginap di sini dalam rangka?"

"Refreshing," jawabku santai. Ekspresi Iid terlihat bingung mendengar jawabanku. "Ya refreshing, aku baru mengambil masa cutiku tahun ini." lanjutku.

"Mengapa refreshing ke hotel? Maksudku jika kau ingin refreshing kau bisa pergi traveling ke luar kota atau luar negeri," 

Fix, dia orang kesekian yang berkata seperti itu. Aku menghela nafas dan menyandarkan tubuhku. "Ya ya, mungkin hanya aku saja yang agak aneh berlibur dengan pergi ke hotel. Tapi kurasa ini adalah hak dan pilihanku, selama aku merasa nyaman dan menikmatinya." Menikmatinya. Jelas aku tidak menikmatinya sekarang ini, karena wanita misterius yang hadir di dalam mimpiku secara nyata.

Comments