Mimpi Buruk Ali

Sejak kejadian terjebak di dalam lift bersama Alia, Ali kerap mengalami mimpi buruk mengenai dirinya dan Alia. Mimpi itu seakan nyata dan jelas bagi Ali. Mereka sedang bersama di sebuah taman ketika tiba-tiba seseorang datang memisahkan mereka berdua, dan membuat Alia terus saja menangis ketakutan.

Mimpi buruk yang membuat Ali semakin takut untuk tertidur pulas, segala cara Ali lakukan supaya tetap terjaga. Dimulai minum kopi, main games secara non stop, bahkan menjadi bagian dari petugas jaga malam di kompleknya. Hal ini malah membuat stamina tubuhnya menurun, dan sakit.

Seperti saat ini dirinya harus dibaringkan di kasur perawatan dengan pengawasan ketat dari suster, bahkan kedua tangan dan kaki Ali harus diikat. Hari pertama Ali dirawat dalam keadaan tidak sadarkan diri, setelah siuman Ali mengamuk dan mendorong salah satu suster hingga tubuhnya membentur meja nakas di samping kasur.

Putri dan Rudian merasa heran dengan apa yang dialami oleh Ali, ditanya pun Ali hanya diam seribu bahasa. Hingga di malam kedua, ketika bergantian jaga dengan suaminya, Putri mendengar Ali mengigau menyebut nama Alia.

Apa yang dulu dikhawatirkan oleh Putri kini terjadi. Dirinya tahu bahwa nama perempuan yang disebut Ali itu adalah Alia, adik kembarannya. Namun Putri tidak tahu bagaimana Ali bisa mengetahui tentang Alia. Putri berusaha menenangkan dirinya, dan beranggapan kalau di bumi ini banyak perempuan yang bernama Alia, bukan Alia kembaran Ali.

"Ibu ..." suara rintihan Ali membuat Putri bergegas mendekati Ali.

"Ibu di sini, Nak. Menemanimu, kau tidak perlu takut. Istirahalah."

"Kenapa ibu menyakiti Alia? Apa salah dia, Bu?" 

Pertanyaan Ali membuat Putri semakin ketakutan, namun Putri mencoba tenang. "Lagipula mengapa aku harus takut? Apa Ali hanya mengigau dan berbicara melantur?" gumam Putri.


***

"Mas, apa yang menyebabkan Ali seperti ini?" tanya Putri dalam isak tangisnya menatap Ali dibalik kaca kamar. Ali baru saja diberikan obat penenang, karena mengamuk setelah sadarkan diri.

Rudian membawa tubuh Putri ke dalam dekapannya, mencoba menenangkannya. "Apa selama ini Ali sering bercerita sesuatu kepadamu?" Putri hanya menjawabnya dengan gelengan kepala, masih dalam pelukan Rudian.

Putri mengangkat kepalanya dan menatap mata suaminya dalam, kemudian berucap, "Alia. Ali sempat menyebut nama Alia ketika tak sadarkan diri, Mas. Apa itu pertanda sesuatu? Kita sudah lama tidak lagi berkunjung menemui Bara dan keluarganya. Aku takut Mas, takut jika Ali akan pergi dariku." Putri kembali membenamkan kepalanya, membasahi kemeja Rudian dengan air matanya.

"Aku akan mencoba mencari tahu tentang mereka, setelah Ali sadarkan diri. Ada baiknya jika kita mengatakan yang sebenarnya kepada Ali, aku percaya Ali akan menerima kenyataan dan tetap berada di sisi kita." ujar Rudian pelan seraya mengeratkan pelukannya.


***

Sudah hari ketiga Ali masih bermalam di rumah sakit, meski harus tidur di bawah pengaruh obat penenang. Akhirnya Rudian pun telah mengutus salah satu asistennya untuk mencari tahu keberadaan Bara dan keluarganya.

Rudian menyesal sekarang, kenapa dulu dirinya harus memutuskan tali silaturahmi dan bantuan ekonomi kepada Bara dan keluarganya. Padahal dirinya pun tahu Bara tidak pernah sedikit pun meminta imbalan atau sepeserpun uang darinya. Pesan Bara kala itu hanya meminta Rudian dapat menjaga, merawat dan menyayangi Ali selayaknya anak kandung.

Hanya karena permintaan Putri yang selalu ketakutan jika Ali akan pergi meninggalkannya demi orang tua kandungnya, maka Rudian berhenti memberikan bantuan ekonomi kepada Bara dan juga tali silaturahmi.

Penyesalan memang selalu datang di akhir. Rudian menatap pilu ke arah Ali yang masih tidur dalam keadaan kaki dan tangan terikat, layaknya seorang pesakitan. Dirinya pun sudah siap, jika Ali sadarkan diri dan dapat di ajak berkomunikasi. Dia akan memaparkan hal sesungguhnya kepada Ali. 

*bersambung*

Comments