Perkenalkan Namaku Mona!

Teman baik itu idealnya terlihat nyata dan hidup, namun hal ini tidak berlaku bagi Linda. Sejak keluarga Linda pindah dan menempati rumah peninggalan dari almarhum ibunya Ayah, Linda mendapatkan teman sepermainan baru.

Linda baru duduk di kelas lima sekolah dasar, usianya baru menginjak sebelas tahun. Kedua kakak lelaki Linda berjarak sangat jauh dengannya, Kak Erik saat ini duduk di kelas 2 SMP, dan Kak Ryan duduk di kelas 1 SMA.

Terlebih lagi kedua kakak lelakinya lebih asik bermain dengan teman-temannya ketimbang dengan dirinya, sepulang sekolah pun Linda lebih sering bertukar kata dengan Bude Rani, perempuan setengah baya yang bekerja di rumahnya.

Linda masih ingat pertemuan pertamanya dengan Mona, gadis yang mungkin sebaya dengan dirinya. Mona pertama kali menampakan dirinya di kamar yang ditempati oleh Linda. Kamar Linda tidak terlalu besar dan menghadap ke halaman belakang rumah yang dipenuhi dengan pohon-pohon tinggi dan rimbun.

Saat itu hari kedua Linda menempati kamarnya, cuaca di luar sedang tidak cerah jadi Linda memilih hanya bermalas-malasan di dalam kamarnya. Hingga Linda mendengar suara ketukan dari dalam lemari pakaiannya. Takut, itu yang dirasakan oleh Linda. Dengan memberanikan diri Linda berjalan mendekati lemari, namun saat Linda akan membuka pintu lemari terdengar suara tangisan.

"Siapa di sana?" tanya Linda sedikit tergagap dan ketakutan.

"..."

"Siapa di sana?" ulang Linda dengan tangan sudah siap untuk membuka pintu lemari. Seketika itu pula Mona keluar menembus pintu lemari, yang membuat Linda kaget dan berlari ke atas tempat tidur, menutupi dirinya dengan selimut, ketakutan.

"Aku Mona. Aku selalu kesepian, tidak ada yang mau berteman denganku." 

Jantung Linda berdegup kencang, dirinya bahkan berharap suara jantungnya tidak terdengar oleh makhluk tak kasat mata itu. "Kamu mau jadi temanku?" tanya makhluk itu.

Linda menyibakkan selimut yang menutupi tubuh dan kepalanya, memberanikan diri untuk melihat langsung sosok Mona sebenarnya. Dan betapa terkejutnya Linda mendapati Mona yang sedang melayang-layang memutari dirinya. Rasa penasaran Linda terpuaskan ketika tangannya mencoba menyentuh tubuh Mona, namun yang di rasakannya hanya sensasi dingin dan hampa.

Linda bahkan tertawa kecil mendapati dirinya dapat menembus tubuh Mona, sesuatu hal yang baru pertama dialaminya. Mona pun tersenyum melihat tingkah Linda.

"Apa kau tidak takut lagi?" tanya Mona yang berhenti melayang tepat di hadapan Linda.

"Awalnya iya, tapi sekarang tidak lagi. Kau tidak begitu menakutkan bagiku, kurasa kita dapat berteman." ucap Linda seraya mengulurkan tangannya untuk dapat bersalaman dengan Mona. Linda lupa jika yang ada di hadapannya saat ini adalah makhluk tak kasat mata, jadi tidak dapat bersentuhan dengannya.

Mona menampilkan deretan gigi putihnya seraya berkata, "Baiklah, mulai saat ini kita dapat menjadi teman." 


***

Linda pun menceritakan hal ini kepada Ayah dan Ibunya, awalnya mereka hanya menganggap jika Linda bercerita seperti itu hanya karena ingin diperhatikan saja. Namun ketika Mona menampakan kehadirannya dengan menjatuhkan barang di dalam ruangan atas perintah Linda, barulah mereka mempercayainya.

Mona hanya dapat dilihat oleh Linda, sedangkan kedua orang tua dan kakak-kakak lelakinya tidak dapat melihatnya. Mereka mempercayainya, dan berharap Linda tidak terlalu sering berinteraksi dengan Mona.

Linda beranggapan jika Mona adalah teman terbaiknya saat ini, teman yang menemaninya di siang hari setelah seharian beraktivitas di sekolah. Menemani dirinya dari kesepian ketika sedang di rumah.

Meski Mona adalah makhluk tak kasat mata, Mona tidaklah jahat dan akan bertindak aneh kepada Linda dan keluarganya. Sehingga seisi rumah pun mulai terbiasa dengan kehadiran Mona di dalamnya.


*tamat*


Comments