Rayuanmu Gombal!

"Adinda, kau itu gadis pujaan hatiku yang sangat cantik," puji Anton si pujangga yang selalu mencoba menarik hatiku dengan rayuannya.

Ya, wanita mana sih yang gak klepek-klepek kalau dipuji laki-laki. Termasuk aku, Adinda. Aku memang tidak secantik Adelia yang mempunyai paras cantik, tubuh langsing dan tinggi semampai.

Aku selalu merasa Anton salah perempuan dengan merayuku, padahal jika dibandingkan cantikan Adelia ketimbang diriku. Aku hanya merasa Anton ini hanya menjadikanku bahan olokannya saja, karena dirinya tak berani atau cukup nyali untuk mendekati Adelia.

Benar saja ketika Anton menuliskan syair yang sengaja diselipkan ke dalam buku catatan kuliahku yang dipinjamnya. Aku semakin curiga dan mulai kesal. 


Adinda, pernahkah ada lelaki lain yang memujimu seperti diriku?
Ku yakin tidak. Mungkin hanya aku saja yang selalu mengirimimu syair indah.

Kau memang tidaklah secantik Adelia, namun wajahmu seindah bulan di malam hari.
Terkadang selalu terbawa ke dalam alam mimpiku. 
Sungguh bahagia hatiku, jika selalu dapat menatap wajah indahmu sepanjang hari.

Aku memang bukanlah seorang pujangga sejati yang pandai memuji keelokanmu.
Namun aku berusaha untuk dapat selalu meyakinkanmu, bahwa aku mulai jatuh hati kepadamu.
Kuharap kau juga merasakan hal yang sama sepertiku.

-Pujangga Hatimu-


Cuih, rayuan Anton kali ini benar-benar membuatku sangat muak. Tidak bukan aku marah karena dibandingkan tidak secantik Adelia, aku memang tahu diri kok. Yang membuatku muak adalah bisa-bisanya wajahku disamakan dengan bulan yang jika kalian tahu permukaannya tidak rata alias bopeng-bopeng.

Aku memang tidak secantik Adelia, tapi aku masih pintar merawat wajah dan tubuhku. Hanya saja nasibku tidak seberuntung seperti Adelia.

Oke, cukup. Aku harus sudahi syair-syair ini darinya, sebelum dirinya berani mengejekku lagi. Jadi siang itu aku sengaja bertemu dengan Anton di kantin kampus. Sudah kusiapkan beberapa kata yang kurangkai seharian, bukan dirinya saja yang pandai merangkai kata-kata.

"Aku minta sudahi semua syair-syair yang kau tuliskan untukku! Aku tahu kau hanya ingin merayuku supaya dapat lebih dekat dengan kembaranku, Adelia. Kalau kau memang gentleman lebih baik bersikap sportif seperti lelaki lainnya yang mencoba menarik hati dan perhatiannya. Dan jangan lagi menyamakan wajahku seperti bulan!" tuturku lugas di hadapannya. Anton membiarkan mulutnya terbuka lebar saat aku berbicara, aku tidak yakin akankah ada serangga yang masuk ke dalam mulutnya.

"Sebaiknya jika mau menulis syair dipilah-pilih dulu, jangan asal nyomot saja semaumu. Rayuanmu itu gombal!" lanjutku, kemudian meninggalkan dirinya yang masih melongo dengan mulut tetap terbuka.

Sepanjang kulemparkan pandanganku, semua orang yang berada di dalam kantin memberikan applause untukku. Aku semakin tidak mengerti, hingga aku berusaha acuh, berjalan keluar dari kantin. Setidaknya aku punya keberanian untuk berbicara lantang di depan banyak orang hari ini. 

***

Comments