Siapa Aku di Sosial Media?

Di zaman digital sekarang ini, diri seakan dimanjakan oleh segala fitur yang ada. Semudah hanya menekan tombol di gawai kita, tinggal memasukan kata kunci di mesin pencari terbesar di dunia, Google.

Setiap mengalami kejadian baru dan berkesan kita bahkan tidak pernah lupa untuk selalu menguploadnya di media sosial kita, entah itu hal yang menyenangkan atau menyedihkan. Pokoknya kalau belum berbagi cerita di intastory sosial media sepertinya hidup gak lengkap gitu deh. 

Lalu sebenarnya siapa sih kamu atau aku di sosial media? Dan seberapa penting hal ini akan mempengaruhi diri dan kehidupan kita? Nah, selama weekend pekan lalu (23- 25 November 2018) kebetulan sekali aku mengikuti tiga rangkaian acara yang berbeda sih, namun mempunyai benang merah yang sama. 


Dari kiri ke kanan; Ingki Rinaldi, Jesica Kumala, dan Andika Deni P.


Pertama, di hari Jum'at/23 November 2018 bertempat di Ruang Komunal From Facebook, Gedung One Pacific Place, Jakarta. @festivalrelawan bersama @Hardfun_edu menyelenggarakan kegiatan Jakarta Insight Talks, yang membahas tema besar "Siapa Kita di Media Sosial?".

Dengan menampilkan tiga narasumber yang sangat menginspirasi. Jesica Kumala A, finalis Miss Indonesia 2018 mengatakan, "Sosial media adalah branding diri kita. Jadi ketika orang lain ingin mengenal kita, pasti yang dilihat pertama adalah akun media sosial kita, apa isi feed kita? Berteman dengan siapa saja kita di sosial media kita?" 

Nara sumber kedua adalah Ingki Rinaldi, seorang Senior Jornalist dan dosen. Membeberkan bagaimana konten di sosial media sangat dipengaruhi oleh agenda pemilik kepentingan sebagai strategi menggiring opini publik, dan menjadi bisnis yang bernilai fantastis. Sehingga terkadang nilai kepercayaan yang sudah kita miliki akan hilang karena bias informasi yang kita dapat dari sosial media.

Dilengkapi penjelasan penutup dari Andika Deni P, Founder Hardfun yang menjelaskan bahwa bagaimana sosial media dapat mempengaruhi kebahagiaan, kekhawatiran, dan menjadi adiksi baru. "Hal ini dikarenakan tingkat ekpektasi yang kita harapkan terlalu tinggi dari kenyataan yang ada. Gap (jarak antara nilai ekspektasi dan kenyataan) inilah yang membuat kita malah menjadi gelisah dalam hidup. Contoh kecil semisal kita lihat akun instagram teman kita yang pasangannya sangat perhatian, dan kita menjadi penuntut ke pasangan kita agar dapat berbuat sama seperti yang kita lihat. Akhirnya yang ada kita malah ribut dengan pasangan kita, karena pasangan kita tidak dapat memberikan perhatian lebih ke diri kita."





Di hari Sabtu/24 November 2018, bertempat di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta. @bookish_indonesia dan @booktubeid mengelar workshop "Creating Bookish Digital Content". Sesi pertama diisi penampilan trio perempuan kece dari Booktubeid; Maggie Chen, Kanaya Sophia, dan Tslalitsa. Yang menjelaskan secara jelas, padat bagaimana membuat rekaman video dari buku yang sudah mereka baca di youtube. Yup, mereka memanfaatkan youtube sebagai sarana untuk mengajak khalayak muda untuk membaca buku. Para peserta juga diberi kesempatan untuk belajar membuat rekaman video mengenai buku yang sedang dibaca, termasuk aku. Tapi jujur aku salut dengan mereka dan para booktuber yang sudah pandai dan ahli dibidang perekaman video. Karena sewaktu praktek saja aku lebih banyak "ngg" ketimbang menjelaskan buku bacaan. Seperti kata Kanaya Sophia, "Practice makes perfect!".

Disesi kedua diisi oleh duo bookstagram kompak dari Bookish_Indonesia, Hana Bilqisthi dan Karina Utami Dewi. Berbeda dengan trio dari booktubeid yang sharing bagaimana merekam video dan menguploadnya di youtube, duo perempuan ini juga gak kalah kerennya. Mereka lebih memilih untuk mengambil foto buku yang mereka review dan menguploadnya di instagram, dengan tema tertentu. Tips yang mereka bagikan adalah bagaimana meriview buku tanpa spoiler, apa saja yang seharusnya ditampilkan ketika meriview buku, dan juga how to doing a book photography. 

Menurut Hana Bilqisthi, sebaiknya ketika meriview buku bacaan tidak boleh spoiler, juga menampilkan kover buku, identitas dari buku (nama penulis, penerjemah jika buku terjemahan, penerbit, tahun terbit), blurb buku (ini bisa kita ambil dari goodreads), kemudian baru review dari opini kita. Bisa berupa tanggapan kita tentang kovernya, atau gaya penulisan si penulis, tokoh karakter di dalam cerita, pelajaran atau kesan apa yang kita dapat setelah membaca buku tersebut.

Sedangkan Karina Utami Dewi lebih berbagi pengalaman bagaimana menjadi book reviewer dari penerbit Luar Negeri, dan juga bagaimana mengambil angle foto buku yang baik. Tidak ada aturan tertentu, sesuaikan dengan gaya dan fashion sendiri, juga gunakan properti yang ada di sekitar. Mengabadikannya pun tidak harus selalu dengan kamera, bisa juga dengan kamera dari gawai yang kita miliki.


Foto diakhir sesi workshop


Dipenghujung akhir pekan, hari Minggu/25 November 2018, bertempat di Jakarta Design Centre. Aku juga berkesempatan mendapatkan ilmu di "Journalism and Copywriting Workshop" yang diadakan oleh @skillsidDua narasumber yang berkompeten dibidangnya hadir memberikan materi secara sistematis dan menarik. Puluhan peserta yang hadir tidak hanya sekedar disuguhi tampilan dari slide materi saja, namun juga ikut praktek bagaimana menulis jurnalistik dan copywriting.


Laurensia Oktaviani 


Materi copywriting disampaikan oleh Laurensia Oktaviani yang memang bekerja sebagai content writert pada perusahaan produk dan jasa. Lauren menyampaikan bagaimana copy writing sangat penting, dan bagaimana akhirnya konsumen tertarik untuk membaca konten yang kita buat. Caranya adalah dengan menuliskan headline yang menarik, namun tidak click bait.

Seperti halnya salesman, copywriting menyampaikan kelebihan produk/jasa dari sudut pandang lain melalui promosi dengan kata-kata yang lebih menjagkau target pasar, yang akhirnya akan meningkatkan trafik, website dan media sosial yang tinggi.

Lain halnya dengan copywriting yang lebih mengenalkan produk/jasa ke publik, penulisan jurnalistik lebih mencangkup menyampaikan berita kejadian yang sedang berlangsung dengan mengambil data dari narasumber. Seperti yang disampaikan Hilda Ilhamil Arofah, Managing Editor dari @topcareerid.

Jadi kesimpulannya setelah mengikuti tiga acara dipenghujung pekan kemarin, aku lelah. Eh, lelah mah pasti karena lokasi acara yang berada di Jakarta, sedangkan aku berada di.... Tapi ilmu yang didapat, berkesempatan bertemu teman baru, dan juga pengalaman, pastinya tidak tergantikan. Dan pastinya siapa aku di sosial media adalah seorang bookstagram yang mencoba menularkan kegiatan membaca ke lingkungan terdekat dan publik secara umumnya. 

Yuk, mulai sekarang perbaiki diri mencoba ke lebih baik dengan selalu mengupload hal-hal positif ke media sosial yang dapat berdampak besar tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga banyak orang. Aamiin. 





Comments

  1. Suka sekali tulisan ini, "daging" apalagi mengikuti langsung lebih daging banget ilmu dan pengalamannya. Sukses selalu ka Wiena

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah mampir membaca di blog saya 😉

      Delete

Post a Comment